Kultum: Makna Setan Dibelenggu Ketika Ramadhan

Kultum Ramadhan

Kultum: Makna Setan Dibelenggu Ketika Ramadhan

Pembukaan

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kita semua telah mengetahui bahwa pada bulan Ramadhan setan-setan dibelenggu sehingga tidak leluasa untuk menggoda dan mengganggu kaum Muslimin yang sedang berpuasa.

Pada kesempatan yang berharga ini, kami hendak mengulas secara singkat hadits yang menyebutkan setan telah dibelenggu selama bulan Ramadhan serta bagaimana penjelasan ulama mengenai maksud hadits tersebut.

Hadits Setan Dibelenggu Di Bulan Ramadhan

Di antara hadits yang menyebutkan tentang dibelenggunya setan adalah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

”Apabila Ramadhan telah tiba maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka jahannam ditutup dan setan-setan dibelenggu dengan rantai.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079]

Hadits lainnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ من شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فلم يُفْتَحْ منها بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فلم يُغْلَقْ منها بَابٌ

”Apabila tiba malam pertama bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin paling durhaka dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, sehingga tidak ada satu pun yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak ada satu pun yang tertutup…”

[Hadits riwayat At-Tirmidzi no. 682 dan Ibnu Majah no. 1642 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ no. 759]

Penjelasan Hadits Setan Dibelenggu

Para ulama telah menjelaskan maksud dari hadits tersebut. Di antaranya adalah Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid.

Beliau mengatakan bahwa dibukanya pintu-pintu surga di bulan Ramadhan, ditutupnya pintu-pintu neraka dan dibelenggunya setan-setan itu benar. Makna hadits ini dibawa kepada hakikatnya, yaitu sesuai dengan zhahir hadits tersebut.

Yakni, surga benar-benar dibuka di bulan Ramadhan, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Jadi pada dasarnya sebuah pembicaraan itu dibawa kepada makna yang zhahir dan hakiki sampai ada dalil yang memalingkannya dari makna zhahirnya.

Syaikh Taqiyudin Ibrahim bin Muflih rahimahullah berkata,”Setan-setan dirantai dan dibelenggu di bulan Ramadhan itu sesuai dengan apa yang nampak dari hadits tersebut. Atau maksudnya, setan-setan yang paling durhaka.

Abu Hatim Ibnu Hibban dan para ahli ilmu lainnya juga menegaskan semacam ini. Hal itu tidak berarti meniadakan keburukan sama sekali, namun meminimalkan keburukan, karena para setan menjadi lemah. Imam Ahmad telah menerapkan hal ini berdasarkan zhahir hadits.

Anak Imam Ahmad, yang bernama Abdullah berkata,”Aku bertanya kepada ayahku,” Kami melihat orang gila terbunuh di bulan Ramadhan?” Beliau menjawab,”Haditsnya menyatakan demikian. Kamu jangan berbicara tentang hal itu.”

Sesungguhnya prinsip Imam Ahmad adalah tidak mentakwil hadits-hadits kecuali yang ditakwil oleh para ulama Salaf. Adapun hadits yang tidak ditakwil oleh ulama Salaf maka beliau tidak mentakwilnya.” [Lihat : Mashaibul Insan min Makaaidisy Syaithan hal. 144]

Sedangkan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘utsaimin rahimahullah mengatakan,”Hadits semacam ini merupakan perkara yang bersifat ghaib. Pendirian kita tentang masalah ghaib adalah menerima dan membenarkan serta tidak berbicara tentang persoalan dibalik perkara ghaib tersebut. Ini lebih selamat bagi agama seseorang dan lebih baik akibatnya.” [Majmu’ Fatawa, Ibnu ‘utsaimin 20/75]

Mengapa Masih Terjadi Kemaksiatan?

Mungkin dibenak kita sering berputar pertanyaan, mengapa masih ada saja orang melakukan kemaksiatan bahkan yang kelas berat, padahal setan sudah dibelenggu? Ada penjelasan yang sangat bagus yang diberikan oleh Imam Abul ‘Abbas Al-Qurthubi rahimahullah.

Beliau berkata,”Jika ada yang mengatakan,’Kami melihat berbagai kejahatan dan kemaksiatan banyak terjadi di bulan Ramadhan. Andai setan – setan itu dibelenggu, maka kejahatan tersebut tidak akan terjadi.” Maka jawabannya bisa dari beberapa sisi.

  1. Yang pertama, setan-setan itu hanya dibelenggu dari orang-orang yang berpuasa yang dijaga syarat-syarat puasanya dan diperhatikan adab-adabnya. Adapun puasa yang tidak dijaga syarat dan adabnya maka setan tidak dibelenggu dari orang yang berpuasa semacam itu
  1. Yang kedua, andaikan kita terima bahwa setan-setan itu dibelenggu dari semua orang yang berpuasa, namun hal itu tidak berkonsekuensi bahwa dengan dibelenggunya setan-setan tersebut lalu tidak akan terjadi keburukan.

Hal ini karena suatu keburukan bisa terjadi karena beberapa sebab lain di luar faktor setan, yaitu jiwa yang buruk, kebiasaan yang lemah, dan setan-setan manusia.

  1. Yang ketiga, hadits ini memberitakan tentang setan yang menjadi pentolan-pentolan dan yang paling durhaka. Sedangkan setan yang tidak termasuk kategori tadi tidak dibelenggu.

Artinya, keburukan menjadi minimal. Hal ini terjadi di bulan Ramadhan, karena keburukan dan perbuatan keji yang terjadi di bulan Ramadhan itu lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang terjadi di bulan-bulan yang lain.” [Al-Mufhim Lima Asykala min Talkhish Kitab Muslim, 3/136][i]

Demikianlah kandungan makna dari hadits yang menegaskan bahwa setan dibelenggu di bulan Ramadhan. Dari penjelasan Imam Al-Qurthubi tadi kita bisa memahami mengapa tetap saja terjadi berbagai tindak kejahatan di bulan Ramadhan.

Sebab-sebab pendorong terjadinya tindak keburukan dan kejahatan yang dikemukakan oleh Imam Al-Qurthubi memang masuk akal.

Bila seseorang sudah terbiasa berzina sebelum bulan Ramadhan, misalnya para penganut free sex, maka meski setan sudah dibelenggu, mereka tetap saja akan kesulitan untuk mengerem secara mendadak kebiasaan buruknya yang sudah berlangsung sekian tahun lamanya.

Demikian pula, orang yang punya tabiat kasar dan mudah marah untuk perkara yang sepele sehingga mudah melakukan KDRT baik kepada anak maupun istrinya, tetap saja akan sangat kesulitan mengendalikan emosinya karena sudah menjadi tabiatnya untuk mudah menganiaya orang lemah yang ada di bawah kekuasaannya.

Mental yang sangat rusak, kepribadian yang lemah, serta tabiat yang jelek telah membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri, sehingga di luar bulan Ramadhan pun setan tidak perlu bekerja keras untuk merusak orang semacam itu.

Dengan sedikit provokasi saja sudah cukup untuk membuatnya melakukan berbagai keburukan yang sangat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Inilah tipe orang yang mudah ditunggangi setan untuk diarahkan ke mana yang setan mau. Wal ‘iyadzu billah.

Oleh karena itu, kita tidak perlu mempertentangkan antara hadits tersebut dengan realitas yang kita hadapi dalam kehidupan nyata. Kita ikuti cara ulama salaf dalam memahami hadits agar tidak terperangkap dalam paham yang menyimpang. Sebab mereka telah mendapatkan garansi dari nabi ﷺ sebagai generasi umat Islam yang terbaik.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari hadits ‘Imran bin Al-Hushain radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

”Sebaik-baik kalian adalah generasiku kemudian generasi sesudahnya dan kemudian generasi sesudahnya.”

Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan generasiku adalah para sahabat, generasi sesudah itu adalah para tabi’in dan generasi berikutnya adalah para tabi’ut tabi’in.[ii]

Penutup

Wallahu a’lam. Demikianlah ceramah singkat tentang makna setan dibelenggu yang bisa kami sampaikan. Semoga bermanfaat.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

وَبِاللهِ التَّوْفِيْقِ، وَصَلَّى اللهُ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

wa billahit taufiq wa shollallohu wa baaroka ‘alan nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam.


[i] https://islamqa.info/ar/answers/221162/%D8%A7%D9%84%D8%AD%D9%83%D9%85%D8%A9-%D9%85%D9%86-%D8%AA%D8%B5%D9%81%D9%8A%D8%AF-%D8%A7%D9%84%D8%B4%D9%8A%D8%A7%D8%B7%D9%8A%D9%86-%D9%81%D9%8A-%D8%B1%D9%85%D8%B6%D8%A7%D9%86

[ii] https://www.dorar.net/hadith/sharh/79751

Leave a Comment