Kultum: Contoh Praktek Takwa dalam Kehidupan

Kultum Takwa

Kultum: Contoh Praktek Takwa dalam Kehidupan

Muqoddimah

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan yang penuh berkah ini, kami ingin menyampaikan secara ringkas tentang persoalan takwa dari sisi bagaimana cara mengaplikasikan takwa dalam kehidupan.

Hal ini penting mengingat takwa merupakan salah satu wasiat yang paling banyak disampaikan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui bagaimana cara mempraktekkannya dengan benar.

Cara Mempraktekkan Takwa dalam Kehidupan

Sebenarnya, cara mempraktekkan takwa dalam kehidupan sudah dijelaskan secara langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Quran Al-Karim. Hanya saja mungkin karena kita terbatas kemampuannya dalam mengkaji al-Quran sehingga tidak mengetahuinya.

Dalam kesempatan ini kami sampaikan penjelasan dari Dr. Anas Muhammad Al-Ghanam tentang cara mempraktekkan takwa dalam kehidupan nyata, berdasarkan tuntunan Al-Quran. Di antara caranya adalah sebagai berikut:

  1. Pertama, dengan beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla,

Ini berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah: 21

 يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ – ٢١

Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.

  1. Kedua, berpegang teguh dengan perintah-perintah Allah dan mengamalkannya.

Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-baqarah: 63,

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ – ٦٣

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa.”

  1. Ketiga, bertindak adil dengan cara melakukan qishash (pembalasan setimpal berdasar hukum Islam) terhadap orang yang melakukan kezhaliman.

Ini berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah: 179,

وَلَكُمْ فِى الْقِصَاصِ حَيٰوةٌ يّٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ – ١٧٩

Dan dalam qisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa.

  1. Keempat, memelihara puasa wajib

Melaksanakan puasa wajib ramadhan merupakan salah satu praktek ketakwaan. Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah: 183,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ – ١٨٣

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

  1. Kelima, tidak melanggar batas – batas ketentuan dari Allah dan apa saja yang Allah haramkan.

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah: 187

تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ

Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.

  1. Keenam, mengikutijalan yang lurus dan menjauhi jalan-jalan setan.

Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-An’am: 153,

وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ ۚوَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ – ١٥٣

Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.

  1. Ketujuh, mengenali ancaman-ancaman Allah Ta’ala sehingga tumbuh rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam surat Thaha: 113,

وَكَذٰلِكَ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا وَّصَرَّفْنَا فِيْهِ مِنَ الْوَعِيْدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ اَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا – ١١٣

Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menjelaskan berulang-ulang di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa, atau agar (Al-Qur’an) itu memberi pengajaran bagi mereka.

  1. Kedelapan, mengambil petunjuk dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Muhammad : 17,

وَالَّذِيْنَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَّاٰتٰىهُمْ تَقْوٰىهُمْ – ١٧

Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka.[i]

Contoh Nyata Praktek Takwa

Itulah delapan cara yang bisa kita lakukan agar kita mampu meraih taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Untuk memberikan gambaran yang lebih nyata bagaimana seseorang mempraktekkan takwa dalam kehidupannya, kita bisa melihat dari sikap yang diambil manusia paling bertakwa di muka bumi setelah Nabi Muhammad ﷺ yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Yakni, ketika terjadi hadits ifki atau fitnah berupa berita bohong yang disebar oleh orang-orang munafik Madinah yang ‘Aisyah telah berselingkuh dengan sahabat Nabi ﷺ bernama Shafwan bin Al-Mu’athal radhiyallahu ‘anhu.

Peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa paling berat yang dihadapi oleh Rasulullah ﷺ, istrinya ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha serta Abu Bakar Ash-Shiddiq dan keluarganya.

Tuduhan ini sempat menimbulkan ketegangan di antara kaum Muslimin dan hampir saja mereka bertikai. Sebulan setelah desas-desus tersebut, Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya dalam surat An-Nisa’ sebanyak 10 ayat menerangkan kebersihan ‘Aisyah dari tuduhan dusta tersebut.

Yang disayangkan adalah adanya salah seorang sahabat Nabi ﷺ yang masih sepupu Abu Bakar Ash-Shiddiq yang termakan isu tadi dan ikut secara tidak langsung dalam membenarkan fitnah tersebut.

Namanya Misthah bin ‘Utsatsah radhiyallahu ‘anhu. Beliau ini pernah ikut dalam perang Badar. Ini membuat Abu Bakar sangat marah. Selama berhijrah di Madinah Abu Bakar senantiasa membantu ekonomi Utsatsah karena dia termasuk sahabat yang miskin.

Karena keterlibatannya tersebut Abu Bakar bersumpah untuk tidak lagi memberi bantuan kepadanya. Namun Allah Ta’ala mengingatkan Abu Bakar secara langsung dengan menurunkan firman-Nya dalam surat An-Nuur: 22,

وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖوَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ – ٢٢

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Setelah Abu Bakar mengetahui firman Allah ini, beliau menangis lalu memohon ampun kepada Allah dan berjanji akan terus memberikan bantuan kepada kerabatnya tersebut.

Sebagai manusia, Abu Bakar tersulut emosinya karena kehormatan anaknya dicemarkan. Dan yang lebih menyakitkan adalah salah satu pelakunya adalah kerabat dekatnya sendiri. Namun, ketakwaannya lebih besar dari emosinya.

Amarahnya sirna seketika dan seolah tidak pernah terjadi apa pun antara dirinya dengan Misthah bin ‘Utsasah. Sikap ini tidak akan mungkin mampu dilakukan kecuali oleh orang yang hatinya memang dipenuhi dengan ketakwaan yang sangat kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Penutup

Semoga Allah Ta’ala memberikan kepada kita semuanya taufik dan hidayah serta kekuatan mempraktekkan takwa untuk bisa menjadi orang yang bertakwa dengan sebenar-benar takwa.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

وَبِاللهِ التَّوْفِيْقِ، وَصَلَّى اللهُ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

wa billahit taufiq wa shollallohu wa baaroka ‘alan nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam.


[i] http://www.saaid.net/rasael/911.htm

Kultum Tema Takwa Lainnya

Makna Urgensi Perintah

Leave a Comment